Powered By Blogger

October 2, 2013

MANAJEMEN SEBAGAI ILMU, SENI, DAN PROFESI


Salah satu sebab keterlambatan perkembangan manajemen sebagai ilmu disebabkan adanya perbedaan pandangan terhadap status manajemen. Ada sekelompok orang yang memandang hanya sebagai seni. Bukan sesuatu yang dibuat melainkan dilahirkan, sehingga manajemen sebagai seni merupakan bakat seseorang sejak ia dilahirkan.

Di pihak lain ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa manajemen merupakan suatu ilmu, sehingga seseorang dapat menjadi manajer/pemimpin yang baik setelah memperoleh pendidikan manajemen. Lebih lanjut dalam pengembangannya terdapat gejala bahwa manajemen akan menjadi suatu kegiatan profesi.
Supaya tidak mudah terjerumus, perlu segera memihak pada suatu pandangan dengan mengetahui lebih dulu setiap yang dimaksud. Menjadi pertanyaan dalam hal ini, apa yang dimaksud suatu ilmu dan seni manajemen? Dapatkah manajemen dikatakan suatu profesi?
Sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut, masing-masing uraiannya dapat dilihat pada berikut ini.

1.      Manajemen sebagai Ilmu

Ilmu adalah suatu pengetahuan yang teratur dari hal-hal pekerjaan hukum sebab dan akibat, sehingga menjadi tabiat ilmu, yaitu mencari keterangan tentang kedudukan suatu hal atau masalah yang berhubungan dengan sebab dan akibatnya. Pengetahuan tidak selamanya dapat digolong-kan ilmu sebab ada pengetahuan atau pengetahuan saja. Di pihak lain, ada pengetahuan yang diperoleh dengan jalan keterangan dan inilah yang disebut ilmu. Pengetahuan barulah merupakan tangga pertama bagi ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut. Karena itu Muhammad Hatta mengemukakan suatu pendapat bahwa seorang memperoleh pengetahuan tentang sesuatu masalah dengan jalan keterangan untuk menyusun pikiran guna mengetahui sebab kejadian dan akibatnya di saat itulah terjadi ilmu pengetahuan. Pengalaman baru menjadi pengetahuan ilmu, apabila pengetahuan itu disertai dengan pengertian tentang pekerjaan hukum kausal pada masalah yang dialami itu. Masalah menimbulkan pertanyaan bagaimana duduknya dan sebabnya. Kalau manajemen adalah suatu ilmu sebab kalau diteliti lebih lanjut timbulnya ilmu manajemen dalam sejarah adalah disebabkan adanya pemborosan-pemborosan baik tenaga kerja, waktu maupun materi dan biaya di dalam setiap pekerjaan dalam suatu usaha.
Di samping alasan di atas, manajemen termasuk sebagai ilmu karena memenuhi syarat-syarat sebagai ilmu yaitu:
a.       Tersusun secara sistematis dan teratur
b.      Objektif rasional sehinga dapat dipelajari
c.       Menggunakan metode Ilmiah
d.      Mempunyai prinsip-prinsip tertentu
e.       Dapat dijadikan suatu teori
Tersusun secara sistematis dan teratur, manajemen memiliki serangkaian tahap kegiatan fungsi secara berkaitan mulai dari menentukan sasaran sampai berakhirnya sasaran atau tercapainya tujuan. Dalam hal ini, beberapa pakar mengklasifikasikan dengan berlainan pendapat, namun pada hakikatnya meliputi: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Mengenai objek manajemen, yaitu: apa yang menjadi sasaran atau kajian penyelidikan manajemen. Sebagai objek adalah “manusia” itu sendiri. Tetapi bukan manusia pada umumnya melainkan manusia dalam usaha kerja sama. Sebagai usaha kerja sama itu tidak bisa dengan dirinya sendiri akan tetapi melalui orang lain. Jadi objek manajemen adalah manusia dalam hal ini cara memanfaatkan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan di sini adalah tujuan yang hendak dicapainya sesuai dengan bidang kegiatannya, sepertinya: bidang keuangan, bidang pema-saran, bidang perkantoran, bidang akuntansi dan semacamnya.
Menggunakan metode ilmiah, seperti halnya dengan bidang lain yang menggunakan metode deduksi dan induksi. Melakukan metode deduksi yaitu metode yang bersifat rasional bersumber dari rasio atau akal pikiran. Melakukan penyelidikan dengan bertitik tolak pada pengetahuan umum untuk sampai kepada pengetahuan khusus yang baru. Pengetahuan umum ini bisa berupa konsep atau teori mengenai sesuatu. Di dalam manjemen sesungguhnya perencanaan, motivasi adalah suatu teori umum, sedangkan pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan merupakan teori khusu. Dari teori umum (perencanaan dan motivasi) inilah manajemen bertitik tolak melaksanakan kegiatan secara sistematis, efektif dan efisien menurut teori-teori khusus sebagai pedoman. Cara menggunakan orang sesungguhnya bertumpu pada perencanaan dan teori-teori motivasi dan sebagainya. Sedangkan metode induktif yaitu bersifat empirik, bersumber dari pengalaman konkrit. Melakukan penyelidikan dengan bertitik tolak dari pengetahuan khusus untuk sampai pada pengetahuan umum. Di dalam manajemen sesungguhnya pengalaman praktis dalam pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan lain-lain sebenarnya merupakan in-put dalam membuat perencanaan yang bersifat umum.
Mempunyai prinsip-prinsip tertentu, pendapat Fayol yang menge-mukakan 14 prinsip organisasi yang sekarang ini telah menjadi prinsip manajemen merupakan sumbangan yang cukup besar melahirkan mana-jemen sebagai suatu ilmu pengetahuan.
Dapat dijadikan suatu teori. Di sini teori manajemen tidak diragukan lagi karena sudah dipelajari dan dikembangkan melalui lembaga pendidikan dan pelatihan dengan manajemen merupakan salah satu mata pelajaran yang dicantumkan dalam kurikulum bahkan terdapat jurusan yang disebut dengan jurusan “manajemen”
Mnajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, jika dikaitkan dengan klasifikasi ilmu, maka manajemen tergolong ke dalam ilmu-ilmu sosial, bagian dari ilmu administrasi dan merupakan ilmu terapan (applied science) karena kemanfaatannya hanya ada apabila diterapkan untuk meningkatkan peri kehidupan manusia. Untuk lebih jelsnya, lihat gambar 2.1

2.      Manajemen sebagai Seni

Kalau ilmu memusatkan perhatian pada suatu objek tertentu sehingga ilmu bersifat memilih. Lain halnya dengan seni, menurut Mohammad Hatta seni memperhatikan keindahan, mencari harmoni (persatuan) dalam alam. Ilmu mengajarkan untuk mengetahui sesuatu, sedang seni mengajarkan bagaimana melakukan sesuatu. Dalam kamus Webster’s New Collegiate Dictionary, perkataan art (seni) berasal dari bahasa latin yaitu “artus” yang berarti:
a.       Daya cipta yang timbul dari dalam untuk mewujudkan sesuatu
b.      Kemahiran yang diperoleh dari pengalaman.
Kalau manajemen dihubungkan dengan pengertian seni di atas maka manajemen dapat juga digolongkan sebagai seni, sebab jauh sebelum ilmu manajemen timbul, dalam sejarah ternyata bahwa tujuan suatu golongan masyarakat dapat tercapai, sehingga manajemen dalam arti art (seni) sudah dimulai  sejak manusia bermasyarakat, mengingat setiap masyarakat  walaupun sangat sederhana, memerlukan manajer dan pengurusan. Dalam kontes ini manajemen   sebagai  seni  berarti  kemahiran  dalam  mengurus  sesuatu   yang dikombinasikan dengan daya cipta, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen mencakup keduanya, baik sebagai ilmu maupun sebagai seni. Berarti juga, supaya seseorang dapat menjadi manajer atau pemimpin yang baik, di samping harus memiliki pengetahuan tentang ilmu manajemen, juga harus memiliki seni manajemen.
Pengembangan seni manajemen yang dimiliki, dapat dilakukan melalui studi, observasi dan praktek. Seorang manajer yang baik, merupakan seorang artis dan ahli ilmu pengetahuan. Ia harus dapat memberi inspirasi, memuji, mengajar, merangsang orang-orang lain, baik yang berbakat maupun yang tidak, bekerja sebagai kesatuan dan melaksanakan usaha sebaik-baiknya ke arah tujuan yang diharapkan. Hal tersebut tidak dapat dicarikan dalam suatu rumus melainkan didasarkan pada perasaan, naluri dan ilham. Kalau diadakan perbandingan antara manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai seni, dapat dilihat pada tabel: 2.1

3.      Manajemen sebagai Kegiatan Profesi

Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa manajemen selain merupakan suatu seni, juga sekaligus merupakan suatu ilmu, tetapi apakah ia juga merupakan suatu profesi?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) disebutkan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dsb.) tertentu.
Pigor (1950), juga Hunderson (1980), maupun Pollet (1959) dalam definisi mereka menyatakan bahwa:


     Tabel: 2.1

Perbandingan antara manajemen sebagai ilmu dan seni

(Terry,   1962)


           Manajemen sebagai ilmu

   Manajemen sebagai seni


a.       advanced by knowledge (mem-peroleh kemajuan melalui pe-ngetahuan)
b.      proces (membuktikan)
c.       predicts (meramalkan)
d.      defines (merumuskan)
e.       measures (mengukur)
a.       advanced by practice (mem-peroleh kemajuan melalui praktek)
b.      feels (merasakan)
c.       guesses (mengira-ngira)
d.      mescribes (menguraikan)
e.       opines (memberi pendapat)

a.         Suatu jabatan, supaya dapat disebut suatu profesi, maka jabatan itu harus berdasarkan pada suatu wadah ilmu pengetahuan yang sistimatis dan pelaksanaannya menuntut kecerdasan dan keahlian guna pemecahan berbagai masalah yang sulit.
b.        Suatu profesi, menuntut waktu yang lama untuk persiapan spesialisasi dan berdasarkan pada suatu latar belakang pendidikan yang luas
c.         Suatu profesi, selalu membukakan kesempatan dan menyediakan waktu bagi anggota-anggotanya untuk mengikuti latihan-latihan guna peningkatan dan penyegaran pengetahuan mereka. Latihan-latihan itu bersifat terus menerus.
d.        Suatu profesi menghendaki penelitian dan penyelidikan secara ilmiah, berkelanjutan.
Karena itu, nyatalah bahwa manajemen mempunyai sifat profesi. Pertama, sudah dijelaskan bahwa manajemen adalah suatu ilmu yang sudah tidak diragukan lagi karena sudah dipelajari, dikembangkan melalui lembaga pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh pengetahuan khusus yang dibutuhkan dan kecakapan untuk mempergunakan kemampuan manajer yang kompeten.
Kedua, pengetahuan khusus dan kecakapan yang dibutuhkan, manajemen dipakai untuk “memerintah, membimbing dan menasehati lainnya” meskipun dapat dilakukan oleh kebanyakan manjer dan para ahli teori manajemen tidak dapat diterapkan secara utuh pada semua situasi, pedoman-pedoman tertentu memiliki tingkat reabilitas yang cukup tinggi. Misalnya pedoman sederhana mengenai tingkah laku yang berbunyi “pujilah didepan umum dan keritiklah secara pribadi”, umumnya sangat berhasil, walaupun kadang-kadang tidak demikian halnya.
Ketiga, manajemen berarti memajukan tiap pekerjaan sedemikian sehingga ia berhasil mencapai kedudukan tertinggi untuk kecakapannya bukan karena favoritisme atau faktor lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan jabatan yang dipangkunya. Sayangnya ada juga sejumlah manajer yang memperoleh posisi kemanajeran mereka karena hubungan mereka dengan orang-orang penting tertentu atau karena faktor-faktor yang sama sekali tidak berkaitan dengan pekerjaan mereka. Di samping itu tidak ada standaar obyektif yang disepakati bersama yang dapat digunakan untuk menilai kinerja manajer. Karena kompleksitasnya faktor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaan manajer, maka adalah lebih sulit untuk menilai manajer dibanding menilai misalnya: guru, bidan, polisi, dan profesi lainnya.
Akhirnya, para profesional pula dituntut oleh suatu kode etik yang harus ditaati sepenuhnya, yang melindungi klien mereka. Karena profesional memang ahli dalam suatu bidang tertentu, para klien sangat tergantung pada mereka dan sebagai akibatnya, para profesional berada pada posisi yang sangat renta.
Manajemen adalah sebuah profesi, tetapi menurut kriteria yang lain, tidak demikian sekarang ini dapat dilihat berbagai indikasi yang menunjukkan bahwa manajemen, sedang mengarah pada kecenderungan meningkatnya profesionalisme baik dalam dunia bisnis maupun pada organisasi perusahaan, organisasi non profit/nirlaba. Nampaknya, tekanan sosial yang berlangsung sekarang dapat mengundang munculnya kesadaran akan timbulnya standard etik yang baku. Perkembangan pendidikan formal di dalam sekolah-sekolah manajemen dan program pengembangan eksekutif akan menyebar luaskan suatu kumpulan pengetahuan dan mengajarkan keterampilan yang merupakan tanda resmi bagi profesional.

No comments:

Post a Comment